Selasa, 01 Maret 2011

PEREDARAN PRODUKSI FILM HOLLYWOOD YANG DIHENTIKAN DI INDONESIA

Sungguh berita yang menghebohkan datang dari bisnis perfilman di Indonesia. Penghasil film terbesar di dunia yaitu Hollywod ternyata memutuskan untuk menghentikan peredaran produksi film mereka di Indonesia. Atau dengan kata lain tidak aka nada lagi film asing khususnya film Hollywood yang diputar di bioskop seluruh Indonesia. Menurut sumber yang saya pernah baca ternyata aksi mereka (industry film Hollywood) ini dilator belakangi oleh kebijakan pemerintah di Indonesia melalui Direktorat Jendral Bea Cukai yang memberlakukan beban bea masuk atas hak distribusi film impor. Ini artinya, pemerintah menambah beban biaya film asing yang ingin masuk ke Indonesia.

Menurut perindustrian film Hollywood tindakan pemerintah yang seperti itu bukanlah sesuatu yang lazim dan tidak pernah ada di industry film manapun di seluruh dunia. Industry film Hollywood sangat merasa dirugikan atas tindakan pemerintah ini. Mereka menganggap bahwa tindakan pemerintah ini tidaklah tepat dan akan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak instri film Hollywood.

Ternyata ada 3 ketentuan produsen film asing yang ingin menayangkan filmnya di bioskop Indonesia. Pertama, mereka harus membayar bea masuk barang berupa copy pita film ke Indonesia. Pajaknya berupa PPh dan PPn sebesar 23,75 persen dari nilai barang. Kedua Setelah ditayangkan di bioskop, mereka harus membayar PPh (Pajak Penghasilan) dari keuntungan eksploitasi film mereka yang diputar di Indonesia. Ketiga, produsen film tersebut juga ada beban pajak tontotan terhadap Pemerintah Kota atau Kabupaten. Besarnya 10 sampai 15 persen dari keuntungan penjualan tiket. Jadi pihak produsen Hollywood harus melalui ketentuan diatas agar bisa mengedarkan filmnya di Indonesia.

Dan menurut juru bicara 21 Cineplex hal tersebut adalah hal yang wajar dilalui oleh produsen film Hollywood. Yang tidak wajar adalah pemerintah membebankan pajak baru berupa bea masuk atas hak distribusi yang besarnya sama, 23,75 persen atas nilai barang. Ini tidak ada di negara mana pun. Itu adalah ungkapan yang diutarakan oleh juru bicara 21 Cineplex. Tapi dilain sisi pernah saya membaca suatu situs informasi berita terkini tentang pajak yang dihadapi oleh film-film Indonesia. Film-film Indonesia juga dituntut membayar pajak yang tinggi kepada pemerintah. Jadi cukup adilkah bila Hollywood juga mengalami hal tersebut?

Pihak Hollywood akan terus beraksi seperti ini. Maka itu, selama pihak Dirjen Bea Cukai tetap memberlakukan pajak tersebut, Hollywood tidak akan mengedarkan produksi filmnya di Indonesia. Keputusan Hollywood tidak lagi mengirimkan produksi filmnya mulai Kamis (17/2/2011). Sedangkan film yang sudah terlanjur diputar, akan ditarik dari peredaran. Akan tetapi di beberapa bioskop di Jakarta masih banyak film Hollywood yang bisa kita jumpai. Film-film tersebut masih belum ditarik dari peredarannya. Tanpa alasan yang cukup jelas film-film Hollywod masih banyak tayang di bioskop-bioskop Jakarta.

Ketegangan ini masih terus berlangsung di dunia Bisnis Perfilman Indonesia. Tegasnya pemerintah dan kerasnya pendirian produsen film Hollywood yang tetap tidak mengedarkan filmnya di Indonesia akan menjadi permasalahan yang sulit mencapai titik temu. Mungkin kedua belah pihak harus melakukan perundingan yang intensif guna mencapai kesepakatan bersama. Agar keadaan kembali menjadi normal dan film-film asing khususnya film-film Hollywood dapat kembalai di putar bebas di seluruh Indonesia. Semoga masalah ini cepat diselesaikan.

Menanggapi Masalah HAKI :Lagu Bengawan Solo Dijiplak oleh Malaysia Dengan Nama Main Cello

Berdasarkan sebuah situs berita online yang pernah saya baca, GESANG MARTOHARTONO adalah seniman dunia yang lahir di Indonesia. Lagu-lagu ciptaan Gesang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di antaranya, Inggris, Mandarin dan Jepang. Untuk menghindari terjadinya pengklaiman karya dari negara lain, seperti pengklaiman lagu “Bengawan Solo” oleh beberapa warga Belanda baru-baru ini, perusahaan rekaman Penerbit Musik Partiwi (PMP) telah mengurus royalti lagu-lagu ciptaan Gesang yang berjumlah 44 judul lagu ke Direktorat Jendral HAKI Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Semua sertifikat paten lagu Gesang tersebut, sudah terbit sejak 25 September 2009.

Menurut sumber yang saya baca, bahwa lagu-lagu gesang ternyata sempat dijiplak oleh Malaysia. Ternyata pada tahun 1960an salah satu lagu ciptaan Gesang yang sangat terkenal yang dijiplak adalah lagu Bengawan Solo. Lagu itu berjudul Main Cello. Walupun dari segi syair dan judul sudah diganti-ganti,akan tetapi irama,nada dan tempo lagu Main Cello mirip sekali dengan lagu Bengawan Solo. Di tahun 60an polemic ini bahkan ditangani langsung oleh presiden Ir. Soekarno. Bung Karno sengaja mengundang pihak Malaysia di sebuah acara perlombaan olahraga di Senayan. “Di situ lagu Bengawan Solo dimainkan dan Gesang juga menyaksikannya langsung.” Dengan melihat itu, Malaysia baru mengakui, kalau lagu itu adalah karya Gesang, musisi Indonesia” bukanlah karya dari bangsa negara Malaysia itu sendiri.

Dan ternyata tidak hanya lagu Gesang yang berjudul Bengawan Solo saja yang telah diklaim oleh Negara tetangga kitatersebut,lagu ciptaan Gesang dengan judul Sapu Tangan juga nyaris diklaim Malaysia untuk dijadikan lagu kebangsaan Negaranya tersebut. Akan tetapi pada akhirnya lagu Terang Bulan lah yang jadi dijiplak Malaysia sebagai lagu kebangsaannya.

Setelah paten, diharapkan tak akan ada lagi klaim lagu-lagu Gesang.
Semua lagu itu sudah bersertifikat hak paten sebagai karya Gesang. Jadi secara hukum sudah diakui. “Jika ada pihak-pihak yang mengaku bahwa lagu Gesang itu merupakaan ciptaannya sudah tidak bisa, karena itu melanggar hukum,” ujar Andy.

Hingga saat ini, PMP sudah mengelola sebanyak 3.000 judul lagu dari sekitar 92 musisi. Lagu-lagu yang dikelola di bawah label PMP, di antaranya, lagu Bagimu Negeri karya Kusbini, Yen Ing Tawang Ana Lintang karya almarhum Andjar Any, Ampar-Ampar Pisang karya Hamiedhan A.C. dan lagu-lagu lain dari musisi Indonesia. Sebelum meninggal, Gesang baru saja menerima royalti dari PMP, tanggal 5 Mei 2010. Royalti yang didapatkan oleh Gesang dari bulan Juli-Desember ada sekitar Rp 21.788.852.

Dan tidak hanya dalam hal lagu saja Malaysia sering mengklaim lagu-lagu asli bangsa Indonesia sebagai lagu kebangsaan mereka. Dalam hal kebudayaan pun mereka sering mengklaim budaya Indonesia sebagai bagian dari budaya Negara mereka. Contohnya kebudayaan Reog Ponorogo bahkan pola batik Indonesia pun ikut diklaim juga oleh Malaysia. Pada dasarnya Negara kita memang sering bermasalah dengan Negara tetangga kita tersebut,akan tetapi kita tidak akan menjadi geram apabila emosi kita tidak dipancing dan kepemilikan kita tidak dicuri terus menerus.

PERKEMBANGAN SINETRON DI INDONESIA

Di zaman sekarang ini banyak sekali film-film berkualitas ada di seluruh mancanegara. Mulai dari film western,asia,drama,komedi sampai dengan genre horror yang mempunyai kualitas tinggi. Contohnya kita melihat perfilman Hollywood yang merajai box office. Karya-karya mengagumkan banyak diperlihatkan di perfilman Hollywood. Mulai dari film-fiksi berdasarkan novel-novel ternama dan best seller yang kemudian dibuatkan filmnya. Keberhasilan film-film tersebut didukung juga oleh pengambilan lokasi-lokasi yang indah dan di dukung juga oleh peran actor dan aktris kenamaan Hollywood. Modal yang besar juga menjadi salh satu factor pendukung terbesar yang bias membuat film Hollywood berhasil.

Tapi apabila kita mulai melihat perfilman Indonesia terdapat cukup banyak perbedaan disini. Dari segi kualitas memang jauh ketimbang film-film besar luar negeri. Dari segi modal saja para insane per filman Indonesia mengakui mengalami banyak kekurangan dana. Lalu apabila kita menengok dunia sinetron Indonesia,bisa dibilang hampir seluruh sinetron yang beredar Indonesia mempunyai alur cerita yang sama. Bahkan bisa dibilang monoton dan kurang berkualitas. Jalan ceritanya hampir sama dari satu sinetron ke sinetron yang lain. Ceritanya hanya seputar konplik rumah tangga yang tidak berkesudahan,konflik cinta yang berlarut-larut, dan tentang perbedaan antara si miskin dan si kaya yang terus saja berbeda.

Dari segi nilai pendidikan juga kurang. Banyak penayangan sinetron yang kurang mendidik bagi anak-anak di bawah umur yang menontonnya. Harusnya apa yang menjadi tontonan orang banyak dapat memberikan pelajaran atau hikmah yang bisa diambil setiap masyarakat yang menyaksikannya. Tidak sedikit anak-anak kecil yang mencontoh adegan-adegan yang tidak baik yang ada dalam sinetron. Hal ini seharusnya tidak terjadi.

Alurnya yang monoton juga membuat sebagian besar pengkonsumsi film atau sinetron menjadi bosan. Bahkan mereka bisa menebak apa yang akan terjadi di akhir sinetron tersebut. Seharusnya crew di dunia sinetron bisa lebih kreatif lagi dalam mengembangkan alur cerita dan menyematkan unsure-pendidikan yang baik agar bisa di serap oleh masyarakat dengan baik juga. Agar anak-anak bisa mencontoh dan menerapkan apa yang mereka tonton dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun diperankan oleh para actor dan aktris kenamaan Indonesia,hal ini belum tentu menjamin keberhasilan sebuah sinetron dalam mengambil hati dan menarik perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia. Tapi kembali lagi tetap yang menentukan adalah alur cerita dari sinetron tersebut. Semakin menarik alur cerita sinetron tersebut maka akan semakin banyak juga penggemar sinetron tersebut.

Walaupun perkembangan dunia sinetron kurang signifikan akan tetapi para penggemar setia sinetron masih banyak. Dan khususnya kaum ibu-ibu. Sinetron-sinetron Indonesia masih mempunyai tempat yang eksklusif di hati para penggemar sinetron. “Meskipun ceritasudah bisa ditebak tapi dengan adanya sinetron-sinetron yang ada di tv saya cukup sedikit terhibur” ujar salah seorang ibu di daerah Jakarta selatan. Jadi sebenarnya dunia persinetronan di Indonesia tidak telalu buruk juga buktinya masih banyak kelompok masyarakat yang menanti kehadiran sinetron-sinetron di layar tv mereka. Hal ini disebabkan minimnya dana yang dimilki sebagian besar masyarakat untuk merasakan hiburan,banyak diantara merekan yang menjadikan sinetron sebagai alternative hiburan bagi mereka.

Ya semoga saja sinetron dan film Indonesia bisa terus maju dan berkembang dengan baik. Karna ini adalah salah satu jenis hiburan paling ekenomis bagi sebagian besar mayarakat Indonesia. Kualitasnya juga harus ditingkatkan agar kita mapu besaing dengan film-film lain di kancah perfilman internasional. Factor-faktor pendukung juga harus ditingkatkan seperti modal yang cukup untuk proses pembuatan film yang bagus,dukungan aktris dan actor ternama,dan ynag paling penting dari semuanya adalah alur cerita yang variatif dan tidak membosankan. Agar para peningkmat film serta sinetron tidak bosan dan menjadi penasaran tentang akhir dari sinetron atau film yang merekan tonton di rumah atau di bioskop.